Diambil dari catatan I Gusti Ketut Sedeng bekas Bendesa Adat Marga tahun 1937 - 1953 Pada jaman dahulu sebelum ada Desa Marga masih merupakan hutan belantara lalu sebagai Desa awal bernama ( Uli Ngawit ) sebagai pendiri bernama I Nyoman Singa dengan jumlah pengikut berjumlah Sang ( Sembilan ) mendirikan Desa bernama Pawuman juga mendirikan kayangan bernama Dalem Sengawang. Lalu dari Uli Ngawit lurus ke timur laut di temukan pijakan Kaki Kidang yang hampir rusak ( Rapuh bahasa Bali ) kemudian wilayah ini dijadikan pemukiman dan dinamai Kidang Rapuh, lama kemudian juga mendirikan Dalem ( tempat suci / Pura ) dinamakan Pura dalem kidang Rapuh di tempat yang tidak jauh dari Kidang Rapuh, disebuah hutan tinggal seorang Raja dengan pengikutnya bernama Ratu Pering kemudian menetap dan merabas hutan membuat wilayah pemukiman bernama Gelagah, begitu juga mendirikan Pura Dalem bernama Dalem Gelagah. Para pengikut Raja Pering dibuatkan tempat pemukiman di wilayah timur laut gelagah diberi nama Umah Bali ( Sekarang Umabali ). Lalu lama kemudian Sang Ratu pering membuat Pasar, tidak jauh dari Puri ( tempat tinggal ) disebelah timur diberi nama Kuwuman Lebah. Disebelah selatannya berbatasan dengan Kidang Rapuh ( Pondok I Nyoman Singa ). Dari Kuwuman Lebah setiap hari Raja Pering bersama pengikut merabas hutan kearah tenggara sampai akhirnya mendirikan pemukiman bernama Ngabasa ( Sekarang Br. Dinas Basa di Desa Marga ). Beliau juga membuat Taman diberi nama Taman Lebah ( sekarang Br. Dinas Lebah Desa Marga ) di Taman ini ada ditemukan Ranting Pohon diapit diantara pohon beringin kembar dan besar, ujung dari Suniantara anaragtag alas ( mengikuti hutan dari Lebah, kemudian membangun pemukiman bernama Kebon Tagtag, tidak lama kemudian di ikuti dengan mendirikan Pura bernama dalem Tagtag. Cerita kembali kepada akar taru yang diapit oleh pohon beringin besar setelah diperhatikan secara seksama pangkalnya lantas ditemukan diberi nama Puser ( Puser Marga ) lalu di ikuti keutara kemudian diketemukan cabangnya tiga ( tetiga ) itu namanya pah tiga sekarang adalah Desa Petiga kemudian perjalanan dilanjutkan mengikuti cabang yang ke utara cabang yang paling Tua saat itu disebut Tua sekarang ( Desa Tua ). Perjalanan tetap dilanjutkan ke utara dan kemudian cabangnya tidak nampak jelas,( capuh ) sekarang namanya Capuhan / Apuhan / Apuan terus ujungnya ke pah Tegeh ( sekarang Desa Tegeh ) Sang Raja beserta rombongan karena ke buru malam akhirnya bermalam disini besoknya perjalanan diteruskan ke utara akhirnya diketemukan ujungnya Benyah ( hancur ) sekarang Desa Benyah. Desa ini sebagai batasnya Desa ( Kerajaan Marga ) lalu kelian beserta rombongan balik ke Marga. Kembali tinggal di Alas Pering ( Hutan Pering ) sekarang Br. Alas Pere Desa Geluntung. Pemukiman beliau diganggu oleh semut hingga akhirnya beliau kembali ngungsi ke Alas Marga. Kemudian di lanjutkan perjalanan ke timur laut hingga akhirnya menetap di wilayah Perean, Beliau beristirahat 2 orang : prami bersama Siluh Pecekan,Penawing bernama Siluh Jepun tidak lama kemudian hamil istri Prami hingga melahirkan Putra lanang bernama I Gusti Ngurah Batan Duren. Dipinggir kerajaan ada sebuah pedukuhan yang di huni oleh seorang dukuh Titi Gantung, bersahabat dengan Ida Pedanda Watu Lumbang dan I Gusti Unggasan sakeng Tambangan Badung. Kemudian diceritakan menyusul istri penawing juga hamil muda tapi diusir oleh prami. Alkisah, diceritakan I Dukuh Titi Gantung Merencakan Upacara Agama ( Ngodalin ring Sanggah Ipun ( Bahasa Bali ). Ki Dukuh juga mengundang baginda Raja mengharap bisa hadir pada saat Upacara tetapi Raja lupa, tidak bisa menghadiri.Tapi kebetulan pada saat manis Pengrainan ( sehari setelah Upacara ) Raja punya ke inginan berburu dengan 40 orang pengawal di wilayah hutan Padang Ngoling. Dalam perburuan ketika beliau belum dapat satu pun buruannya, tiba - tiba turun hujan angin amat deras, Baginda Raja akhirnya beserta pengiring berteduh di rumah I Dukuh Titi Gantung. Ki Dukuh Titi Gantung sangat menyebutkan kedatangan bagi Raja serta minta berkenan, serta mengijinkan Ki Dukuh menyiapkannya. KI DUKUH MENGERJAKAN membuat serba Marga Dajan Puri ( Sukla ) babi, Ayam semua Marga Dajan Puri dipotong ketika semua selesai lalu disuguhkan kehadapan baginda raja beserta rombongan. Setelah semuanya selesai baginda raja beserta rombongan kembali ke kerajaan ketika telah tiba istri prami telah menyiapkan hidangan kepada raja ketika dipersilahkan serta merta raja mengatakan kenyang, Marga Dajan Puri saja makan di rumah Dukuh Titi Gantung, mendengar pernyataan raja sepontan permaesuri marah, menyebutkan raja nyurud ke rumah dukuh karena Marga Dajan Puri kamarinnya ( Ngodalin ). Raja Berhasil di panas - panasi hingga akhirnya raja mengutus manggala membunuh Dukuh Titi Gantung beserta terunanya. Setelah dukuh Titi Gantung terbunuh lalu manggala kembali kekerajaan. Kelaporkan kepada raja. cerita selanjutnya,pada besok harinya I Gusti Unggasan dari Badung, mampir kerumah Ki Dukuh sambil berjualan tuak,betapa terkejutnya pedukuhan itu di jumpainya rusak berantakan karena keburu malam akhirnya I Gusti Unggasan memutuskan bermalam di rumah yang telah rusak itu, ke tika tertidur I Gusti Unggasan bermimpi bertemu Ki Dukuh danm diberikan sesuatu disuruh mengambil di merajan I Gusti langsung terbangun dan langsung menuju merajan dilihatnya sinar berupa bantal didalamnya ada bergambar senjata, langsung dibawa dan disimpan pada penyandang ( Sanan ) tuaknya. Pada esok harinya I Gusti Unggasan berjualan kembali menuju wilayah Perean. Diceritakan sekarang bahwa di Kerajaan Perean ada perang saudara sangat dahasyat tidak disengaja kena diserempet si dagang tuak hingga dia tersinggung dan turut menyerang tidak karuan.Kehebatan si dagang tuak dilihat oleh Sang Raja menyebabkan prajurit yang berperang lari, ketika itu pula sang raja bertanya kepada pasukannya, mengapa mundur ? sementara belum ada perintah mundur pasukan Raja menjawab bahwa ada seorang pedagang tuak memegang sanan dilihat seperti raksasa besar sinarnya gemerlapan seperti hendak memangsa manusia. Lantas Sang Raja memerintahkan seorang tentaranya menghubungi pedagang tuak untuk menghadap Baginda Raja. Setelah di Puri,Raja menanyakan meminta pedagang tuak untuk memperkenalkan diri kalau memang darah biru akan diajak tinggal dipuri sebagai saudara. Kemudian si Dagang itu pun mengatakan dirinya bahwa ia adalah “ I Gusti Unggasan “ dari tambangan Badung membawa senjata yang diberikan oleh “I Dukuh Titit Gantung “ setelah itu Gusti Unggasan diajak menetap di ‘ Puri Perean ‘ al kisah cerita Perbekel Kuwum Balangan bernama “ I Papak “ bersama pasukannya disuruh merabas alas Marga tidak seberapa lama tibalah dialas Marga lanjut merabasnya dari Utara ditemukan lingga diberi nama “ Sentaja “ Sante artinya mulai Ja artinya Kaja ( Utara ) sekarang disebut Pura Sentaja. Akhirnya alas Marga tersebut dijadikan pemukiman lantas Raja Perean mengutus “ I Gusti Unggasan “ untuk tinggal di Marga dan diberikan mengiring istri Raja yang sudah hamil bernama Si Luh Jepun “ diiringi pasukan 40 orang, lantas menuju Marga membangun tempat tinggal ditengah - tengah hutan Marga. I Gusti Unggasan sangat setia menemani Si Luh Jepun yang sedang hamil ( Ring Jero 0 diberilah nama “ Jero Kukuh Tengah “ yang dikerjakan dengan penuh semangat oleh I Papak dan pasukannya. Cerita selanjutnya bahwa perjalanan I Gusti Unggasan bertemu dengan “ Ida Pedanda Batu Lumbang ‘ dan perintah untuk.Mengajak Si Luh Jepun tangkil kesana pada hari purnama karena Beliau akan memberikan sesuatu, selanjutnya saat hari purnama tiba Ida Pedanda ( Beliau ingin menitipkan pikiran serta mengatakan bahwa Ni Luh Jepun adalah istri Raja Perean dan sekarang dalam keadaan hamil ) dan bayi di dalam perutnya adalah Putra utama hingga akhirnya beliau berhasrat memberikan kekuatan agar menjadi putra yang berguna setelah itu beliau berkata kalau anak ini lahir agar diberi nama “ Ida Arya ‘ Si Luh Jepun menyetujuinya dan kemudian kembali ke Marga. I Gusti Unggasan bersama I Papak bekerja keras membangun kerajaan serta selalu berdoa kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, hingga akhirnya pada suatu hari kemudian ranting kayu besar dipotong pangkalnya tenggelam,keluar air menjadi sumur kemudian di bangun sebuah Pura yang disebut “ Pelinggih Puser Tasik “ kemudian di Puri Si Luh Jepun melahirkan Putra laki - laki sangat tampan diberi nama “ Ida Arya “ yang diasuh oleh I Gusti Unggasan sebagai ayah dijaga oleh Perbekel dan semua pasukannya. Akhirnya pada suatu hari diajaklah Ida Arya ini ke Puri Perean untuk melihat Baginda Raja Perean yang merupakan kandung Ayah Kandung dari Ida Arya. Raja menerima tetapi karena Permaesuri sangat tidak senang kepada Si Luh Jepun, Maka Ida Arya dijadikan Pembantu. Pada suatu malan Raja tidak bisa tidur dilihatnya ada sinar menyala di kepala anak - anak yang sedang tidur, lalu diolesi pamor oleh Ida Raja. Besok harinya ternyata yang diolesi pamor itu kepalanya “ Ida Arya “ disana beliau tertegun ( terpana ) serta mengatakan bahwa Ida Arya adalah Putra Utama dan selanjutnya diajak dan diperkenankan tidur diatas bersama Raja. Sekarang diceritakan bahwa kedua Putra Raja sudah menginjak dewasa, istri permaesuri tidak senang melihat “ Ida Arya “ serta berupaya membuat tipu daya untuk mencelakakan Ida Arya dan dibuatlah siasat. Pada suatu hari Ida Arya dipitnah dikatakan telah memperkosa gadis sudra, hingga akhirnya diburu oleh pasukan bersenjata juga “ I Gusti Ngurah Beten Duren “ melaporkan kepada raja bahwa adiknya harus dihukum mati. Karena kedua adalah Putra Mahkota, lantas Raja mengijinkan mencoba berdua untuk berperang dengan perjanjian siapa yang kalah kalau lari ketimur lewat dari Sungai Dangkang tidak boleh dikejar, kalau yang kalah lari kebarat melewati Tukad Yeh Panan tidak boleh dikejar. Ida Arya menunggu pasukannya yang dating dari ngabasa Lebah Marga. Setelah pasukan Ngebasa Lebah Marga datang, Raja mengomando peperangan dengan memberikan senjata tetapi tidak boleh memilih.akhirnya Ida Arya mendapatkan “ I Marga Dajan Puri Bantal “ I Gusti Beten Duren” mendapatkan “ I Marga Dajan Puri Upas “ miwah beserta “ Pustaka “ setelah semua besenjata lalu perang dimulai ( Perang saudara kakak melawan adik ) dan pasukan melawan pasukan I Gusti Ngurah Beten Duren lari ketimur lewat Tudag Dangkang Ida Arya beserta pasukannya kembali menghadap Raja, Tapi tiba - tiba Raja Perean menyuruh Ida Arya Membunuh dirinya Ida Arya tidak mau karena itu Ayahnya. Tapi Ida Arya didesak karena Ida Arya adalah Putra Utama berhak membinasahkan segala keangkaramurkaan di bumi ini. Oleh karena itu lalu Ida Arya memusatkan konsentrasinya serta mengunuskan senjatanya kepada Raja kemudian jenasah sang Raja dimakamkan di “ Merajan Taman ‘ pada malam hari membubul keluarlah “ Naga Kaang “ dipuncak “ Beringin Tuka “ lalu Ida Arya mendekat ke jenasah Raja serta mendapatkan sabda bahwa Ida Arya tidak diberikan mengupacarai jenasahnya. Setelah peperangan di Puri Perean Ida menetap menjadi Raja Muda di Puri Agung Perean. Sewaktu - waktu pergi ke Marga yang diiringi oleh pasukannya I Papak bersama Perbekel ngabasa bersama pasukan - pasukannya merencanakan pembangunan “ Puri Agung Marga “ yang sebagai istana utama Raja juga dilanjutkan pembangunan dengan Pura di empat penjuru dan rakyatnya semua senang dan sangat bakti kepada raja. Demikian sejarah Marga sebelumnya, kemudian sesuai dengan keinginan masyarakat dan Desa Marga yang didukung oleh 9 Banjar Dinas yaitu : Dinas Anyar, Bugbugan, Tengah,Beng, Tembau, Basa, Lebah, Kelaci, dan Ole menginginkan untuk dimekarkan akhirnya pada tanggal 26 Mei 2003 dengan turunnya SK Bupati No 238 tahun 2003 Dengan memekarkan Desa Dinas Marga menjadi tiga 1. Desa Induk, 2. Desa Marga Dinas Persiapan yaitu Desa Marga Dajan Puri dan Desa Marga Dauh Puri. Desa persiapan Marga Dauh Puri dikenal oleh pejabat sementara Kepala Desa bernama “ Ida Bagus Puru Wirawan “ Desa Persiapan Marga Dajan Puri dikepalai oleh Pejabat sementara Kepala Desa bernama “ Ida Bagus Ketut Wardana “ akhirnya pada tanggal 27 Januari 2004 dengan SK Bupati No. 17 menetapkan Desa Marga Dauh Puri dan Desa Marga Dajan Puri menjadi Desa definitive. Pada tanggal 25 Januari 2005 dilantik Kepada Desa definitive oleh Bupati Tabanan untuk Desa dauh Puri bernama “ I Nyoman Kertajaya “ Desa Marga Dajan Puri bernama “ Ida Bagus Ketut Wardana “ dengan Keputusan Pengangkatan, Keputusan Bupati Tabanan No. 19 tahun 2005. Kondisi Desa Marga setelah dimekarkan tiga masing membawahi :
Desa Marga Dajan Puri dengan batas - batas wilayah :
Utara : Desa Petiga
Timur : Desa Selanbawak /Kab. Badung
Selatan : Desa Marga
Barat : Desa Geluntung
Setelah berjalan + 1,5 tahun, Banjar Dinas Tengah mengajukan permohonan pemekaran Banjar Dinas dengan tujuan meningkatkan serta mengefektipkan pelayanan maka Banjar Dinas Tengah dipecah menjadi Dua yaitu Banjar Tengah dan Banjar Dinas Tengah Semeton SK Bupati No. 523 Tahnu 2007 Tanggal 2 Desember 2007.
Sehingga akhirnya kondisi geografis Banjar Dinas di Desa Marga Dajan Puri saat ini menjadi 4 wilayah Banjar Dinas yaitu :
Desa Marga ( Desa Induk )
Desa Marga Dajan Puri
Desa Marga Dauh Puri
Maka Desa Marga Dajan Puri oleh Perbekel dan segenap Perangkat Desa berupaya bekerja keras, mencoba berbagi trobosan, dengan penuh semangat mengajak masyarakatnya melakukan pembangunan diberbagai sector, guna segera dapat maju dan melangkah bersama seperti Desa - desa Definitif yang lainnya. Perbekel Marga Dajan Puri bersama rakyat selalu menunggal, kebijaksanaan dan dalam acuan pemecahan masalah selalu mengutamakan musyawarah mufakat ( senantiasa berupaya mewujudkan adil makmur dalam membangun ke jayaan wilayah ( Werdi Dharma Jayeng Rat / tertera pada lambang Desa Marga Dajan Puri ).
Demikian riwayat tentang sejarah desa Marga Dajan Puri yang disusun sebagaian besar berdasarkan informasi.
Dalam menjalankan pemerintahan tingkat desa dan kesehariannya, Perbekel dibantu oleh Perangkat Desa, Kelian Banjar Dinas dan tokoh masyarakat. Berdasarkan keterangan dari para tokoh masyarakat serta catatan-catatan yang ada di Desa Marga Dajan Puri, dapat di susun yang pernah menjabat ataupun menjadi Perbekel Marga Dajan Puri sebagai berikut :
|
No. |
Nama Perbekel |
Masa Bhakti Jabatan |
|
1 |
Bapak Ida Bagus Ketut Wardana |
Tahun 2004 – 2011 |
|
2 |
Bapak I Made Rasma,SH |
Tahun 2011 – 2011 |
|
3 |
Bapak I Mad Rasma,SH.MH |
Tahun 2017 – 2023 |
|
4 |
Bapak I Gusti Putu Ngurah Dana |
Tahun 2023 – sekarang |